Selasa, 12 Januari 2010

“ Keputusan Tepat sebagai Implementasi Kepemimpinan Efektif ”

Oleh :
Hilman Fauzi Nugraha


Abstraksi
Data statistik menyebutkan bahwa seorang pemimpin dikatakan berhasil ketika mampu menghasilkan keputusan yang tepat bagi suatu tatanan kehidupan, akan tetapi keputusan tepat seperti apa yang merupakan implementasi pasti dari kepemimpinan yang efektif?. Dalam prinsip kepemimpinan yang efektif disebutkan bahwa karakteristik seorang pemimpin efektif adalah memliki kecerdasan dalam membuat keputusan yang tepat sehingga dibutuhkan langkah-langkah dan syarat-syarat pengambilan keputusan yang benar sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhannya. Tindakan menentukan keputusan yang tepat, cepat, dan cermat merupakan prasyrat utama dalam mengimplementasikan keputusan dalam ranah kepemimpinan yang efektif.






Kata Kunci : Keputusan, Kepemimpinan, Efektif





Latar Belakang

“kebijakan terbaik adalah menunda keputusan selama mungkin sehingga lebih banyak fakta dapat dikumpulkan” Akan tetapi harus selalu diingat :Bila keputusan harus dibuat, tidak boleh lagi ada keraguan. “sekali anda mengambil keputusan,
jangan coba untuk melihat kembali kebelakang”
(Jenderal John Smith Patton)

Berdasarkan suatu data statistik, banyak pemimpin besar meraih keberhasilan dalam pekerjaan dan kehidupannya melalui seperangkat hukum kepemimpinan yang mendetail dan merupakan prinsip-prinsip yang telah diujicobakan. Bill Newman punya 10 hukum Kepemimpinan. Enam diantaranya adalah: Pemimpin Harus Memiliki Visi(1), Pemimpin Harus Disiplin(2), Pemimpin Harus Memiliki Kebijaksanaan(3), Pemimpin Harus Memiliki Keberanian(4), Pemimpin Harus Bersahaja(5), dan Pemimpin adalah pembuat keputusan(6).
Melihat kepada hukum yang keenam dari hukum kepemimpinan Bill Newman diatas, ternyata Diskursus tentang dialektika bangsa yang besar tidak akan pernah keluar dari pembicaraan tentang jiwa besar pemimpin bangsa tersebut dalam mengambil keputusan. Ir. Soekarno mampu membawa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya untuk diakui sebagai negara yang merdeka dikarenakan sosoknya yang berjiwa besar untuk menjadi pemimpin bangsa dengan keputusannya, atau Irak menjadi negara yang ditakuti di dunia dikarenakan sosok pemimpin bangsanya yang berani dengan segala keputusannya pula. Lagi-lagi disebabkan pemimpinnya yang memilki jiwa untuk memberikan perubahan dan perbaikan untuk bangsanya dengan setiap keputusannya yang tepat.
Ada yang mengatakan bahwa hidup adalah hanya berupa untaian dari proses pengambilan keputusan.Nah, bagaimana seseorang itu mengambil keputusan, maka itulah warna hidup yang akan dinikmatinya. Banyak sekali teori tentang bagaimana seharusnya kita mengambil keputusan, dan demikian pula banyak sekali permasalahan yang kita hadapi yang harus segera diambil keputusannya. Khusus mengenai hal ini, ada pepatah kuno yang mengatakan bahwa : “sekali anda mengambil keputusan, jangan coba untuk melihat kembali kebelakang”. Maksudnya, mungkin agar anda tidak kemudian menyesalinya, menyesali keputusan yang sudah anda ambil.
Bagaimana agar kita tidak kemudian menyesali keputusan yang telah diambil ? Disinilah gabungan dari pengetahuan seseorang dengan karakter pribadi yang sedikit banyak akan dominan mempengaruhinya. Untuk sekedar menambah wawasan dan sedikit pengetahuan, akan saya uraikan kutipan dari , bagaimana saran Jenderal George Smith Patton dalam salah satu bukunya yang mengatakan sebagai berikut :
Ada saat yang tepat untuk membuat keputusan. Berusaha menemukan saat yang tepat adalah faktor terpenting dari semua keputusan. Merupakan kesalahan jika membuat keputusan terlalu dini, dan merupakan kesalahan jika membuat keputusan terlalu lambat. Kesalahan terbesar adalah tidak pernah membuat keputusan ! Sebagian manajer adalah orang yang suka menunda-nunda, yang menunda pengambilan keputusan hingga keadaan memaksa, dan hingga “keputusan” menjadi mudah, mereka tidak mempunyai pilhan, tetapi sekedar bereaksi, apapun yang akan terjadi, terhadap tuntutan keadaan. Manajer lainnya terlalu gelisah ,dan mengambil keputusan - keputusan apa saja - sesegera mungkin, dan kemudian bersusah payah menanggung akibatnya. Jenderal Patton beranggapan bahwa : “kebijakan terbaik adalah menunda keputusan selama mungkin sehingga lebih banyak fakta dapat dikumpulkan” Akan tetapi harus selalu diingat :”Bila keputusan harus dibuat, tidak boleh lagi ada keraguan!”
Dari uraian diatas jelaslah sudah, bahwa untuk menjadi pemimpin yang besar dibutuhkan kecerdasan dalam memilah dan memilih situasi/kondisi untuk menentukan keputusan dengan tepat sehingga mampu menghasilkan tujuan yang diharapkan semula. Artinya sesuaikah pemimpin tersebut membuat keputusan yang selaras dengan POAC (Planning, organizing, actuating, controlling) keorganisasiannya.
Maka tulisan ini mencoba memberikan pengetahuan teoritis tentang pemimpin sebagai pembuat keputusan dengan metode-metodenya sehingga dengan pengambilan keputusan yang seperti apa kepemimpinannya akan dirasakan efektive. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat dan dapat diterima dengan sebesar-besarnya kelapangan dada untuk menerima saran/kritik demi terwujudnya karya yang maksimal

Landasan teori
Teori – teori pengambilan keputusan
Para ilmuwan politik dan para ilmuwan sosial pada umumnya telah banyak mengembangkan model, pendekatan, konsep dan rancangan untuk menganalisis pembuatan kebijaksanaan negara dan komponennya, yaitu pengambilan/pembuatan keputusan. Sekalipun demikian, pada umumnya ahli-ahli ilmu politik lebih sering menunjukkan hasrat yang tebih besar dalam mengembangkan teori mengenai kebijaksanaan negara daripada mempelajari praktek kebijaksanaan negara itu sendiri. Walaupun begitu, haruslah diakui bahwa konsep-konsep dan model-model tersebut amat penting dan bermanfaat guna dijadikan pedoman dalam analisis kebijaksanaan, karena konsep-tonsep dan model-model tersebut dapat memperjelas dan mengarahan pemahaman kila tcrhadap pembuatan kebijaksanaan negara’ mempermudah arus komunikasi dan memberikan penjelasan yang memadai bagi tindakan kebijaksanaan. Jelasnya, jika kita bermaksud mempelajari atau meneliti kebijaksanaan tertentu maka kita membutuhkan suatu pedoman dan kriteria yang relevan dengan apa yang sedang menjadi pusat perhatian kita. Sebab, apa yang kita temukan dalam realita sebetulnya bergantung pada apa yang kita cari, dan dalam hubungan ini konsep-konsep dan teori-teori kebijaksanaan yang ada dapat memberikan arah pada penelitian yang sedang kita lakukan.
Pembuatan Kebijaksanaan Negara menurut seorang pakar kebijaksanaan negara dari Afrika, chief J.o. Udoji (1981) merumuskan secara terperinci pembuatan kebijaksanaan negara sebagai keseluruhan proses yang menyangkut pengartikulasian dan pendefinisiaan masalah, perumusan kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dalam bentuk tuntutan-tuntutan politik, penyaluran tuntutan-tuntutan tersebut ke dalam sistem politik, pengupayaan pemberian sanksi-sanksi atau legitimasi dari arah tindakan yang dipilih, pengesahan dan pelaksanaan /implementasi, monitoring dan peninjauan kembali.
Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan altematif terbaik dari sejumlan Atematif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah bagaimana pilihan-pilihan semacam itu dibuat. Kebijaksanaa, sebagai telah kita rumuskan di muka, adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh seseorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan suatu masalah atau persoalan tertentu.
Secara tipikal pembuatan kebijaksanaan merupakan tindakan yang berpola, yang dilakukan sepanjang waktu dan melibatkan banyak keputusan yang di antaranya ada yang merupakan keputusan rutin, ada yang tidak rutin. Dalam praktek pembuat kebijaksanaan sehari-hari amat jarang kita jumpai suatu kebijaksanaan yang hanya terdiri dari keputusan tunggal. Dalam tulisan ini akan dibahas 3 (tiga) teori pengambilan keputusan yang dianggap paling sering dibicarakan dalam pelbagai kepustakaan kebijaksanaannegara.
Teori-teori yang dimaksud ialah : teori Rasional komprehensif, teori Inkremental dan teori Pengamatan terpadu.
Proses pembuatan keputusan
1. Pemahaman dan perumusan masalah
Manajer harus dapat menemukan masalah apa yang sebenarnya, dan menentukan bagian-bagian mana yang harus dipecahkan dan bagian mana yang seharusnya dipecahkan.
2. Pengumpulan dan data analisis yang relevan
Setelah masalahnya ditemukan, lalu ditentukan dan dibuatkan rumusannya untuk membuat keputusan yang tepat.
3. Pengembangan Alternatif
Pengembangan alternatif memungkinkan menolak kecenderungan membuat keputusan yang cepat agar tercapai keputusan yang efektif.
4. Pengevaluasian terhadap alternative yang diambil
Menilai efektivitas dari alternatif yang dipakai, yang diukur dengan menghubungkan tujuan dan sumber daya organisasi dengan alternatif yang realistic serta menilai seberapa baik alternatif yang diambil dapat membantu pemecahan masalah.
5. Pemilihan alternative terbaik
Didasarkan pada informasi yang diberikan kepada manajer dan ketidak sempurnaan kebijaksanaan yang diambil oleh manajer.


6. Implementasi keputusan
Manajer harus menetapkan anggaran, mengadakan dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan, serta memperhatikan resiko dan ketidak puasan terhadap keputusan yang diambil. Sehingga perlu dibuat prosedur laporan kemajuan periodic dan mempersiapkan tindakan korektif bila timbul masalah baru dalam keputusan yang dibuat serta mempersiapkan peringatan dini atas segala kemungkinan yang terjadi.
7. Evaluasi atas hasil keputusan
Implementasi yang telah diambil harus selalu dimonitor terus-menerus, apakah berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan.
Kriteria Pengambilan Keputusan
Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman perilaku para pembuat keputusan itu dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu:
1. Nilai Politik
Pembuat keputusan mungkin melakukan penilaian atas altematif kebijaksanaan yang dipilihnya dari sudut pentingnya altematif-altematil itu bagi partai politiknya atau bagi kelompok-kelompok klien dari badan atau organisasi yang dipimpinnya. Keputusan-keputusan yang lahir dari tangan para pembuat keputusan seperti ini bukan mustahil dibuat demi keuntungan politik’ dan kebijaksanaan dengan demikian akan dilihat sebagai instrumen untuk memperluas pengaruh-pengaruh politik atau untuk mencapai tujuan dan kepentingan dari partai politik atau tujuan dari kelompok kepentingan yang bersangkutan.
2. Nilai-nilai Organisasi
Para pembuat kepurusan, khususnya birokrat (sipil atau militer), mungkin dalam mengambil keputusan dipengaruhi oleh nilai-nilai organisasi di mana ia terlibat di dalamnya’ Organisasi, semisal badan-badan administrasi, menggunakan berbagai bentuk ganjaran dan sanksi dalam usahanya untuk memaksa para anggotanya menerima, dan bertindak sejalan dengan nilai-nilai yang telah digariskan oleh organisasi. Sepanjang nilai-nilai semacam itu ada, orang-orang yang bertindak selaku pengambil keputusan dalam organisasi itu kemungkinan akan dipedomani oleh pertimbangan-pertimbangan semacam itu sebagai perwujudan dari hasrat untuk melihat organisasinya tetap lestari, unuk tetap maju atau untuk memperlancar program-program dan kegiatan-kegiatannya atau atau untuk mempertahankan kekuasaan dan hak-hak istimewa yang selama ini dinikmati.
3. Nilai-nilai Pribadi
Hasrat untuk melindungi atau memenuhi kesejateraan atau kebutuhan fisik atau kebutuhan finansial’ reputasi diri, atau posisi historis kemungkinan juga digunakan- oleh para pembuat teputusan sebagai kriteria dalam pengambilan keputusan.
Para politisi yang menerima uang sogok untuk membuat kepurusan tertentu yang menguntungkan si pemberi uang sogok, misalnya sebagai hadiah pemberian perizinan atau penandatanganan kontrak pembangunan proyek tertentu, jelas mempunyai kepentingan pribadi dalam benaknya. Seorang presiden yang mengatakan di depan para wartawan bahwa ia akan menggebut siapa saja yang bertindak inkonstirusional, jelas juga dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan pribadinya’misalnya agar ia mendapat tempat terhormat dalam sejarah bangsa sebagai seseorang yang konsisten dan nasionalis.
4. Nilai Kebijaksanaan
Dari perbincangan di atas, satu hal hendaklah dicamkan, yakni janganlah kita mempunyai anggapan yang sinis dan kemudian menarik kesimpulan bahwa para pengambil keputusan politik inr semata-mata hanyalah dipengaruhi oleh pertimbangan-penimbangan demi keuntungan politik, organisasi atau pribadi. Sebab, para pembuat keputusan mungkin pula bertindak berdasarkan atas penepsi mereka terhadap kepentingan umum atau keyakinan tertentu mengenai kebijaksanaan negara apa yang sekiranya secara moral tepat dan benar. Seorang wakil rakyat yang mempejuangkan undang-undang hak kebebasan sipil mungkin akan bertindak sejalan dengan itu karena ia yakin bahwa tindakan itulah yang secara moral benar, dan bahwa persamaan hak-hak sipil itu memang merupakan tujuan kebijaksanaan negara yang diinginkan, tanpa mempedulikan bahwa perjuangan itu mungkin akan menyebabkannya mengalami resiko-resiko politik yang fatal.



5. Nilai Idiologi
Ideologi pada hakikatnya merupakan serangkaian nilai-nilai dan keyakinan yang secara logis saling berkaitan yang mencerminkan gambaran sederhana mengenai dunia serta berfungsi sebagai pedoman benindak bagi masyarakat yang meyakininya. Di berbagai negara sedang berkembang di kawasan Asia, Afrika dan Timur Tengah nasionalisme yang mencerminkan hasrat dari orang-orang atau bangsa yang bersangkutan untuk merdeka dan menentukan nasibnya sendiri — telah memberikan peran penting dalam mewamai kebijaksanaan luar negeri maupun dalam negeri mereka. Pada masa gerakan nasional menuju kemerdekaan, nasionalisme telah berfungsi sebagai minyak bakar yang mengobarkan semangat perjuangan bangsa-bangsa di negara-negara sedang berkembang melawan kekuatan kolonial.
Di Indonesia, ideologi Pancasila setidaknya bila dilihat dari sudut perilaku politik regim, telah berfungsi sebagai resep untuk melaksanakan perubahan sosial dan ekonomi. Bahkan ideologi ini kerapkali juga dipergunakan sebagai instrumen pengukur legitimasi bagi partisipasi politik atau partisipasi dalam kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat (Abdul Wahab, Solichin, 1987).
Prinsip Dasar Kepemimpinan Efektif
Sebuah studi yang mengamati lebih dari 75 komponen yang menunjang kepuasaan pekerja menunjukkan bahwa ada dua hal yang menjadi prinsip dasar kepemimpinan yang efektif.
• Rasa saling percaya. Rasa Percaya pada pemimpin merupakan indikator bahwa pengikut merasa puas dengan kepemimpinan pada organisasi tersebut. Dalam konteks yang lebih umum, rasa saling percaya harus ada antara pemimpin dan yang dipimpin. Bila pengikut tidak mempercayai pemimpin, mereka tidak akan spenuhnya mengikuti kebijaksanaan yang telah diambil. Sebaliknya bila pemimpin tidak mempercayai pengikutnya pengikutnya, ia akan cenderung membuat keputusan-keputusan yang tidak rasional.
• Komunikasi. Komunikasi adalah kemampuan mutlak yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin yang baik. Ia perlu berkomunikasi dengan pengikutnya untuk membantu mereka memahami visi yang ingin dicapai, berbagi informasi mengenai pencapaian dan bagimana mereka dapat berkontribusi untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Studi Literatur
Harus Bisa : Seni memimpin Ala SBY
Berkaitan dengan pemimpin sebagai pembuat keputusan dalam mekanisme organisasi atau komunitas, ternyata sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memilki sikap pembuat keputusan sehingga mampu menciptakan tatanan hidup yang baik bagi bangsa ini. Merujuk pada studi literature atas bukunya Dr. Dino Patti djalal mengarang sebuah buku dengan judul “Harus Bisa : Seni Memimpin ala SBY”, yang intisari dari buku tersebut antara lain :
1. Seorang pemimpin harus bisa berpikir di luar kerangka yang ada, atau thinking
outside the box. Dia juga harus selalu mendorong anak buahnya berpikir seperti itu. Berpikirlah sekreatif mungkin.
2. Seorang pemimpin sejati harus berani mengambil resiko, karena inilah yang membedakannya dengan follower.
3. .Lakukan pendobrakan (breakthrough) namun lakukan secara cerdas dan terukur.
4. .Pemimpin harus menguasai masalah untuk kemudian membuat keputusan secara tepat dan cepat serta tahu resikonya.
5. Pemimpin harus bisa menjaga amanah dan memegang janji.
6. Pemimpin harus konsisten, dalam tutur kata dan perilaku.
7. Pemimpin harus jujur, berakhlak bagus dan bermoral tinggi.
8. Pemimpin harus bisa menjaga kehormatan dirinya, keluarga dan orang2 yang dipimpinnya.
9. Pemimpin harus punya rasa percaya diri yang tinggi.
10. Pemimpin harus bermental tangguh.
11. Pemimpin harus bisa mengayomi anak buah dan mendukung anak buahnya untuk berkembang dan berkembang.
12. Pemimpin itu harus santun dan menghormati orang lain serta elegan dalam bersikap.
Dari intisari buku yang dikarang oleh Dr. patti diatas, kita bisa melihat bahwa sesungguhnya SBY memiliki criteria-kriteria sebagai pemimpin yang mampu memberikan kehidupan yang baik bagi suatu tatanan. Diantara kriteria diatas yang coba penulis cetak tebal adalah, SBY mampu berfikir cerdas dan telaten dalam menghadapi masalah yang pada ujungnya mampu membuat keputusan yang tepat.
Diceritakan pada awal masa pemerintahan beliau, belahan Indonesia bagian barat (Aceh) diterpa gelombang tsunami yang begitu dahsyat yang pada perjalanan selanjutnya memberikan guncangan hebat bagi bangsa ini. Akan tetapi, apa yang dilakukan SBY? Dengan analisa yang cerdas, keputusannya untuk menyisihkan 10% dari APBN untuk pembangunan di Aceh, dan akhirnya Aceh dalam kurun waktu 5 tahun dari waktu bencana itu sudah mampu berubah dari apa yang diprediksikan banyak orang. Dan itu disebabkan oleh factor kebijakab SBY dalam menmbil keputusan yang tepat.
SBY digambarkan sebagai seorang yang cerdas (tak heran, soalnya beliau ini adalah seorang Doktor dan purnawirawan Jenderal TNI, lulusan terbaik Akmil pula).
SBY juga digambarkan sebagai seorang yang sangat memperhatikan detail dan teliti serta perfeksionis. Contohnya, beliau selalu me-review naskah2 pidatonya dan mengoreksi kata demi kata sampai beliau benar2 puas terhadap naskah pidato tersebut. Mungkin inilah yang kemudian membuat SBY dianggap sebagai seorang yang peragu dan lamban dalam mengambil keputusan oleh lawan2 politiknya.
SBY juga dituliskan sebagai seorang yang energik dan punya stamina tinggi. Pola kerjanya bahkan membuat para stafnya sempat “jungkir balik” untuk menyesuaikan dengan ritme kerja SBY yang sangat tinggiJuga diceritakan beberapa kisah tentang sisi kemanusiaan dan sosial SBY. Beliau dikenal cukup dekat dengan para anak buahnya, walaupun dikatakan tetap “menjaga jarak” untuk alasan profesionalisme dan integritas beliau sebagai seorang pemimpin.
Pembahasan
Menjadi Pemimpin yang Efektif, dengan Keputusan yang Tepat
Dalam sebuah komunitas, selalu ada satu orang yang dituakan untuk menjadi pemimpin. Bahkan dalam komunitas hewan sekali pun yang tidak punya undang-undang tertulis, selalu ada seekor di antaranya yang tampil sebagai pemimpin. Bedanya, kalau pemimpin dalam komunitas manusia, prosesnya dilalui dengan pemilihan, meski terkadang prosesnya pun tidak manusia. Sementara, dalam komunitas binatang, pemimpin itu muncul setelah melalui proses pertarungan yang tidak jarang memunculkan korban fisik. Kelompok binatang yang lemah jangan pernah berharap bisa jadi pemimpin, karena di alam binatang tidak mengenal lobi-lobi politik apalagi toleransi. Yang kuat menang, yang lemah kalah, hanya itu realitanya.
Terlepas dari proses yang berbeda, dalam setiap komunitas pasti ada pemimpin yang posisinya. Posisinya pun selalu di depan atau dituakan. Dalam posisi inilah, seorang pemimpin memainkan multi-perannya. Ia harus bisa menjadi penengah terhadap kelompok yang berseberangan, pemberi solusi terhadap problem kelompoknya, dan menjadi panutan terhadap arah organisasi.
Seutuhnya kita setuju jikalau untuk mewujudkan organisasi, kelompok, atau bahkan negara yang baik maka dibutuhkan pemimpin yang berlaku efektif dalam kepemimpinanya.
Prinsip Dasar Kepemimpinan Efektif
Sebuah studi yang mengamati lebih dari 75 komponen yang menunjang kepuasaan pekerja menunjukkan bahwa ada dua hal yang menjadi prinsip dasar kepemimpinan yang efektif.
• Rasa saling percaya. Rasa Percaya pada pemimpin merupakan indikator bahwa pengikut merasa puas dengan kepemimpinan pada organisasi tersebut. Dalam konteks yang lebih umum, rasa saling percaya harus ada antara pemimpin dan yang dipimpin. Bila pengikut tidak mempercayai pemimpin, mereka tidak akan spenuhnya mengikuti kebijaksanaan yang telah diambil. Sebaliknya bila pemimpin tidak mempercayai pengikutnya pengikutnya, ia akan cenderung membuat keputusan-keputusan yang tidak rasional.
• Komunikasi. Komunikasi adalah kemampuan mutlak yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin yang baik. Ia perlu berkomunikasi dengan pengikutnya untuk membantu mereka memahami visi yang ingin dicapai, berbagi informasi mengenai pencapaian dan bagimana mereka dapat berkontribusi untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Karakteristik Pemimpin Efektif
Tidak semua pemimpin dapat mencapai tujuan organisasi. Sebagai pemimpin malah membawa kemunduran untuk organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin struktural dan pemimpinan relasional yang efektif memiliki sejumlah karakteristik. Berikut ini adalah sejumlah karakteristik yang perlu dimiliki orang yang ingin jadi pemimpin efektif
• Memiliki Visi Ke depan. Kepemimpinan yang efektif dimulai dari visi yang jelas. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seseorang pemimpin adalah seorang inspirator perubahan dan visioner, yaitu memilki visi yang jelas ke mana organisasinya akan menuju. Tanpa visi, kepemimpinan tidak akan ada artinya sama sekali. Selain memiliki visi, seorang pemimpin juga harus memilki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
• Cakap Secara Teknis. Seorang pemimpin tidak harus menguasai tugas pengikutnya secara rinci. Akan tetapi, pemimpin yang baik harus memiliki kecakapan teknis yang berkaitan untuk mencapai tujuan. Misalnya, untuk membangun sebuah gedung tinggi, tentunya dibutuhkan pemimpin proyek yang memilki kecakapan dan pengalaman teknis di bidang tersebut. Tidak mungkin proyek tersebut dipimpin lulusan Sarjana Politik yang belum pernah terlibat sama sekali dalam proyek konstruksi bangunan.
• Membuat Keputusan Tepat. Seorang pemimpin harus dapat menyelesaikan masalah dengan membuat keputusan yang tepat. Untuk memutuskan sesuatu, dibutuhkan informasi yang akurat serta perencanaan yang jelas mengenai aktivitas organisasi.
• Berkomunikasi dengan Baik. Pemimpin harus memastikan setiuap deskripsi tugas dimengerti, dilaksanakan, dan diawasi. Setiap perkembangan yang penting perlu dikomunikasikan dengan elemen oragnisasi agar timbul rasa memiliki. Selain yang berkaitan dengan pekerjaan, pemimpin juga harus dapat menggunakan kemampuan komunikasinya untuk membangun hubungan interpersonal dengan bawahan maupun pihak manajemen.
• Memberikan keteladanan dan Contoh. Kata-kata tidak akan memiliki kekuatan bila orang yang mengucapkannya melakukan hal yang berlawanan. Pemimpin yang baik tidak saja memberikan arahan, tetapi juga memberikan keteladanan dan contoh yang baik. Seorang pemimpin juga perlu bersikap rendah hati, realistis, dan ramah. Pemimpin yang dianggap menyebalkan tentunya akan sulit untuk mendapatkan penghargaan dari anggotanya.
• Mampu Mempercayai Orang. Tak peduli seberapa hebatnya seorang pemimpin, tetap saja ia tidak akan mampu mengerjakan suatu tugas yang besar dan kompleks sendirian. Seorang pemimpin yang baik, harus dapat menilai kemampuan orang dan mendelegasikan tugas berdasarkan hasil penilaian itu. Ia tidak akan dapat mendelegasikan tugas bila tidak mempercayai orang lain. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat mempercayai orang lain tanpa kehilangan kewaspadaan.
• Mampu Menahan Emosi. Pemimpin yang baik perlu memiliki kemampuan menahan emosi. Bukan sekedar hanya menghindari marah-marah yang tidak beralasan, tetapi juga harus mampu menyembunyikan kepanikan dan kekhawatiran dalam menghadapi masalah. Secara psikologis, bila pemimpin terlihat panik, anak buahnya pun cenderung untuk ikut panik.
• Tahan Menghadapi Tekanan. Pemimpin yang baik harus tahan menghadapi tekanan. Banyak orang berpikir bahwa menjadi pimpinan itu menyenangkan karena tinggal menyuruh saja. Padahal, tekanan terbesar untuk berhasil, berada di pundak pemimpin. Bila pemimpin tidak tahan menghadapi tekanan, ia akan membuat kesalahan-kesalahan fatal yang menggiring pada kegagalan.
• Bertanggung Jawab. Ketika keputusan sudah diambil, semua pihak dalam organisasi harus mendukungnya. Bila ternyata keputusan yang diambil berdampak buruk, maka pemimpin tersebut harus bernai bertanggung jawab dan tidak sekedar melemparkan masalah pada orang lain. Tanggung jawab bukan hanya berarti mengakui kesalahan, tetapi juga memberikan solusi dari permasalahan tersebut.
• Mengenali Anggota. Seorang pemimpin perlu mengenali lebih dari sekedar nama para anggotanya. Pemimpin juga perlu mengetahui kemampuan dan karakter dari anggotanya sehingga tiap orang ditempatkan pada posisi yang tepat dan saling bersinergi.
• Cekatan dan Penuh Inovasi. Dalam menghadapi peluang dan ancaman, seorang pemimpoin yang baik perlu memilki sifat cekatan serta berani berinovasi. Maksudnya, pemimpin harus sigap terhadap perubahan situasi dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada dengan sumber daya yang tersedia





Gambar 1
Model Kepemimpinan Efektif

Model Pengambilan Keputusan
Dalam kepemimpinan, salah satu bagian yang penting adalah mengambil keputusan-keputusan yang tepat. Terdapat tiga model pengambilan keputusan
• Direktif. Pengambilan keputusan dilakukan pimpinan berdasarkan sangat sedikit (bahkan tidak sama sekali) ,masukan dari orang lain. Kelebihan dari model ini, proses pengambilan keputusan dapat dilakukan relatif cepat. Model ini sesuai bila pemimpin adalah orang yang benar-benar telah berpengalaman dan pernah mengahdapi situasi serupa. Di sisi lain, patut dipertimbangkan bahwa kondisi nyata berubah sangat cepat. Solusi yang persis sama belum tentu sesuai untuk keadaaan yang berbeda.
• Partisipatif. Semua pengikut memberikan masukan dalam diskusi dan proses pembuatan keputusan. Model ini mengakomodasi sumbangan pikiran dari semua yang terlibat dalam pekerjaan besar tertentu. Akan tetapi, untuk menggunakan cara ini dibutuhkan kepemimpinan yang sangat kuat karena ada kemungkinan berbagai pihak akan bersilang pendapat sehingga proses pengambilan keputusan berlarut-larut dan tidak efektif.
• Konsultif. Merupakan kombinasi dari dua model dua model sebelumnya di mana pemimpin hanya meminta masukan mengenai hal-hal yang diduskusikan. Keputusan yang bersifat strategis (berpengaruh sangat besar dan menyangkut pencapaian visi) dilakukan oleh pemimpin. Model ini sesuai bila ingin mengefektifkan waktu pengambilan keputusan.
Metode dalam Mengambil Keputusan yang tepat
Metode Pertama
• Pertama, mereka menjernihkan masalahnya terlebih dahulu. Mereka mengupas masalah hingga menjadi sederhana.
• Kedua, mereka mengumpulkan fakta. Mereka tidak terburu-buru mengambil keputusan sebelum mengumpulkan cukup fakta.
Pemimpin yang baik membuat keputusan dengan cepat, oleh karena itu mereka harus memiliki fakta sebanyak mungkin. Mereka tidak mengandalkan asumsi.
Bila masalah telah jernih dan fakta terkumpulkan, maka keputusan akan datang dengan sendirinya.
• Ketiga, mereka menghindari situasi yang menekan. Mereka tidak suka mengambil keputusan yang singkat. Cepat bukan berarti singkat. Oleh karena itu sekali membuat keputusan mereka tidak mudah untuk mengubah-ubahnya.
• Keempat, mereka memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Bagi mereka resiko bukan hanya sesuatu yang buruk, namun mungkin juga sesuatu yang baik. Oleh karena itu mereka memperhitungkan nilai sebuah resiko.
• Kelima, mereka mempertimbangkan bagaimana keputusan yang mereka buat bisa mempengaruhi semua orang yang terlibat. Itu berarti mereka harus mengusahakan pemikiran dari anggota tim mereka.
• Keenam, mereka memikirkan dampak dari keputusan mereka hingga lima tahun ke muka, atau bahkan sepuluh tahun ke depan.
• Terakhir, mereka mempertanyakan apakah keputusan mereka legal atau tidak, bermoral atau tidak, etis atau tidak. Apakah keputusan itu membuat hati menjadi damai atau tidak.
Metode Kedua
Mengambil literature dari tulisannya syamsul bahri,bahwa dalam mengambil keputusan diperlukan beberapa analisa langkah membuat keputusan tersebut, antara lain:
Pertama Tepat. Dalam keadaan bagaimanapun, yang diperlukan dari seorang pemimpin adalah ketepatan dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan. Apabila seorang pemimpin membuat keputusan maupun kebijakan yang salah, dampaknya akan sangat besar, yakni rusaknya tatanan berbangsa.
Kedua, Cepat. Seorang pemimpin harus mampu membuat keputusan cepat tanpa menunggu persoalan melebar ke mana-mana, sehingga sulit dicarikan penyelesaiannya. Ibarat air, akan sulit dikumpulkan lagi ketika sudah menyebar ke mana-mana.
Ketiga, Cermat. Keputusan yang dibuat dengan tepat dan cepat, harus pula mengandung unsur cermat atau kehati-hatian. Jangan sampai keputusan yang diambil malah menambah keruhnya suasana yang memang sudah keruh. Cermat memang mengisyaratkan seorang pemimpin tidak boleh asbun. Sebab, apapun yang dikatakan selalu dianggap benar oleh masyarakat. Tapi, cermat tidak pula dijadikan pembenar atau alasan menunda-nunda keputusan.
Gambar 2
Model Pengambilan Keputusan








Penutup
Kesimpulan
Dari Pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mewujudkan suatu kepemimpinan yang Efektif dibutuhkan kecerdasan dalam mengambil keputusan dengan tepat. Suatu keputusan yang tepat dapat dihasilkan dari proses pengambilan keputusan dengan langkah-langkah yang tepat pula, serta instrument prasyarat utama dalam pengambilan keputusan yaitu keputusan yang diambil dengan Tepat, Cepat, dan Cermat.
Saran
Sebagai negara yang besar seharusnya Indonesia seudah mampu keluar dari fundamental permasalahan Baik masalah fundamental politik, ekonomi, social, ataupun lingkungan. Hal itu bukan pekerjaan yang mudah memang, tapi Indonesia mempunyai potensi untuk keluar dari belengu tersebut, jikalau bangsa ini memilki pemimpin yang besar dengan kecerdasan langkah dalam mengmbil keputusan, mudah-mudahan Indonesia dapat segera mewujudkan itu semua. Amin

Daftar Pustaka
• Anak ciremai, dalam makalah manajemen tentang perencanaan tujuan dan pembuat keputusan
• Patti, dino, Harus Bisa ; Seni memimpin ala SBY
• www.google.co.id/searchkepemimpinan
• www.google.co.id/searchkeputusanseorangpemimpin
• www.google.co.id/searchpemimpinsebagaipembuatkeputusan
• www.anakciremai.blogspot.com
• www.wikipedia.com/kepemimpinan
• www.shavoong.com
• www.syamsulbahri.multiply.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar