Selasa, 12 Januari 2010

Review of Article When Stimulus Does Not Stimulate “Ketika Stimulus Tidak Berstimulasi (tidak memberikan dorongan)” Mises Daily : Wednesday, July 08,

Oleh : Hilman Fauzi Nugraha

Pendahuluan
Krisis keuangan global yang merebak di seisi dunia saat ini pada hakikatnya merupakan masalah yang dibuat oleh Amerika Serikat. Sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1776, sepanjang 230 tahun Amerika Serikat telah menjelma menjadi kekuatan ekonomi Industri terpadu yang memproduksi 28% output dunia. Terlepas dari badai ‘depresi besar’ yang melanda perekonomiannya, America akan mampu meraup triliun dolar pada akhir tahun pajak Oktober 2008. 300 juta rakyat Amerika akan meraup kekayaan jauh melampaui gabungan kekayaan lima Negara pada peringkat dibawahnya, dan Amerika Serikat itu sendiri telah menjelma sebagai kekuatan ekonomiterbesar di dunia sejak tahun 1872.

Gambar 1
Produk Domestik Bruto Global (GDP) 2007
NO Country Agregate GDP/2007
1. United State 13.8 t
2. Japan 4.3 t
3. Germany 3.3 t
4. China 3.2 t
5. United Kingdom 2.7 t
6. French 2.5 t
7. Italy 2.1 t
8. Spain 1.4 t
9. Canada 1.4 t
10. Brazil 1.3 t
Sumber : IMF Word Economic Outlook 2007

Seiring berjalannya waktu, data diatas hanya tinggal kenangan masa lalu. Hari ini Amerika berubah menjadi Negara yang paling mengkhawatirkan dibanding Negara lainnya yang terhembus dampak dari krisis keuangan global, Hal ini dikarenakan pangkal pertama terjadinya krisis keuangan tersebut berasal dari Amerika Serikat. Telah banyak keterangan yang menjelaskan atau menceritakan bagaimana proses terjadinya krisis tersebut, maka dalam hal ini penulis tidak akan mengungkapkan kembali asal muasal peristiwa tersebut. Yang menarik hari ini adalah bagaimana strategi Amerika memulihkan keadaan ekonomi dan mengembalikan kejayaan-kejayaannya (dalam hal ini di bidang ekonomi) yang telah dirasakan sebelumnya.
Proses demokrasi pemilihan presiden di Amerika membawa Barrack Obama seorang senator dari Negara bagian harus memimpin dan mengawal proses pemulihan ini sesuai yang diiharapkan seluruh masyarakat Amerika. Harapan Americans yang paling besar adalah Setidaknya Barrack Obama mampu menangani atau menghandle keadaan perekonomian dalam stabilitas yang positif dan tidak berkelanjutan dalam proses keterpurukan ekonomi. Salah satu tindakan (strategi) ekonomi yang digalakkan Untuk memulihkan perekonomian di Amerika adalah dengan memberikan Incentive of Fiscal Stimulus (Insentif Stimulus Fiscal).
Kebijakan stimulus fiscal dapat diartikan suatu kebijakan ekspansi pengeluaran satu negara sebagai perangsang untuk menggairahkan kembali proses perekonomian menuju stabilitas ekonomi yang positif. Dari pengertian diatas setidaknya ada konsekuensi logis yang harus diterima oleh suatu pemerintahan ketika ingin mengelurkan kebijakan stimulus fiscal yaitu pemerintah harus menyediakan banyak persediaan capital untuk dikeluarkan sebagai stimulus untuk suatu perekonomian. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana langkah pemerintah untuk menyediakan banyak persediaan capital dengan kondisi perekonomian yang negative?
Maka dalam artikel ini, penulis (Shawn Ritenour) mengemukakan pandangan atau analisisnya terhadap proses kebijakan Incentive of Fiscal Stimulus ( Insentif Stimulus Fiscal) yang dilakukan oleh pemerintah Amerika ; dari sebab-akibat sampai perjalanan kebijakan dalam mempengaruhi perubahan ekonomi yang lebih baik di Amerika.
Pembahasan
Dalam perjalanannya, kebijakan pemberian stimulus fiscal sesungguhnnya memacu suatu pemerintah untuk melakukan 3 hal dalam persediaan banyak capital yang harus dimilki, diantara tindakan tersebut : (1) Taxation (Perpajakan ; diartikan pemungutan pajak yang tingggi), (2) Borrowing (Utang / peminjaman), dan (3) Monetary Inflation (kebijakan meneter ; menaikkan harga).
1. Taxation (Pemungutan pajak yang tinggi)
Strategi kebijakan fiscal pemerintah Amerika dengan menaikkan tingkat pajak secara langsung dapat membebani masyarakat amerika keseluruhan. Salahsatu dampaknya adalah penurunan tingkat upah yang harus diterima pekerja yang derivatifnya akan mengurangi persediaan seorang pekerja dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya sendiri, artinya masyarakat amerika akan senantiasa dimiskinkan. Sedangkan sebagian masyarakat lain (terutama sisi pemilik perusahaan) akan merasa diuntungkan karena ada kucuran tambahan dana walaupun ada kenaikan pajak untuk proses produksinya.
Tambahan lainnya, jelas menurut Shawn Ritenour Pajak yang tinggi (1) mengakibatkan penurunan kesejahteraan suatu masyarakat dalam jangka yang sangat panjang (hal ini didasari pada anggapan bahwa kenaikkan pajak dilakukan untuk menggerus proses produksi yang nanti hasilnya akan dinikmati bersama, keadaan ini memilki tingkat perbedaan waktu yang besar, akan tetapi tingkat konsumsi suatu masyarakat bersifat tetap sehingga proses menunggu yang cukup lama untuk pemulihan ekonomi berlangsung dengan proses kekurangan persediaan dana di masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya). (2) pajak yang tiinggi menurunkan kemampuan menabung dan investasi, disebabkan oleh penerimaan yang didapat berkurang sehingga jangankan untuk menabung dan investasi, untuk memenuhi kebutuhan pokok konsumsi setiap waktu pun tidak terpenuhi. Analisis dampak secara makro dapat dibuktikan ketika investasi berkurang maka capital (dana) akan lebih banyak untuk dikonsumsi akhirnya mengurangi terhadap pertumbuhan ekonomi karena output akan berkurang ketika output berkurang maka insentif untuk pekerja berkurang ketika upah berkurang maka tingka prtoduktifitas pekerja juga berkurang ketika semua berkurang maka pemulihan ekonomi sesungguhnya tidak akan terlaksana.
2. Borrowing (Utang / Peminjaman Dana)
Ketika kebijakan menaikkan tingkat pajak akan berakibat terhadap penurunan tingkat konsumsi, tabungan, dan investasi. Maka langkah yang paling aman untuk masyarakat tetapi beresiko tinggi untuk Negara adalah utang. Pemerintah Amerika harus menyediakan banyak persediaan capital dengan jalan meminjam dana. Peminjaman dana ini dapat dilakukan dengan 2 hal yaitu peminjaman dalan negeri (Utang dalam negeri) ataupun peminjaman Luar negeri (Utang Luar Negeri). Peminjaman dalam negeri yang dilakukan biasanya pemerintah nmengeluarkan Surat Utang Negara yang anntinya akan dibeli atau diambil oleh masyarakat sendiri, atau yang lebih ekstrem melalui tabugan nasional di perbankan yang akan dilunasi atau dibayar dalam jangka waktu yang ditentukan. Sedangkan utang luar negeri biasanya berasal dari Negara lain yang memiliki kapasitas persediaan modal yang lebih banyak.
3. Monetary Inflation (Kebijakan menaikkan harga)
Kenaikkan harga disini sesungguhnya didasari dari pemahaman dalam teori ekonomi yakni ketika jumlah uang yang beredar meningkat sedang jumlah barang yang tersedia tetap maka konsekuensinya adalah terjadinya inflasi (kenaikkan harga). Untuk melakukan stimulus fiscal berarti menambah jumlah uang beredar lebih banyak dari sebelumnya, keadaan ini seharusnya dibarengi dengan output yang naik pula sehingga perekonomian akan kembali kepada titik Equilibrium.
Bagaimana dengan Amerika???
Dana sebesar $798 Billion yang dikucurkan pemerintah Amerika sebagai stimulus fiscal memaksa Barrack Obama untuk menelan pilihan dalam persediaan capital nya dengan 3 hal diatas, yakni (1) Taxation, (2) Borrowing, (3) Monetary Inflation. Ketika kebijakan stimulus harus diambil sebagai tindakan dalam memulihkan perekonomian pasca krisis memang 3 tindakan diatas tidak dapat dipungkiri danm dihindari.
(1) Benar apa yang disebutkan diatas, Pada faktanya setelah adanya kucuran dana stimulus, pemerintah Amerika menaikkan tingkat pajak dalam berbagai sector, misal menaikkan menaikkan pajak bumi dan bangunan (Rumah, Real Estate, Toko, dsb) pada masyarakat amerika, menaikkan pajak penjulan factor produksi dan output produksi, menaikkan pajak penghasilan pegawai Amerika, dan menaikkan tingkat pajak dalam berbagai sector lainnya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan Negara, Barrack Obama berharap dalam jangka waktu 10 tahun ke depan Amerika dapat menikmati $190 Billion lebih dari pendapatannya dalam menikkan tingkat pajak.
(2) Kebijakan untuk berutang dalam memenuhi kebutuhan Negara memang wajar dilakukan oleh suatu negara, dan ini pula yang dilakukan oleh Amerika. Cerita menyebutkan bahwa pertama kali Barrack Obama menenpati Gedung Putih (Istana Negara Presiden Amerika), beliau hanya membersihkan ‘tinta merah’ (perilaku buruk) George W. Bush, sehingga beliau dikenal sebagai presiden yang bikjaksana dan sederhana. Hal yang paling mencengangkan berkaitan dengan utang pemerintah amerika adalah laporan bulanan keuangan Negara diawal pemerintahan Barrack Obama pada bulan April menujukkan angka utang pemerintah Amerika yang fantastis yaitu sebesar $ 1.85 Trillion (that’s right, trillion!!!!). dengan pengaturan dan pengawasan yang ketat, pada bula selanjutnya Barrack Obama mampu menurunkan deficit akan utang menjadi $ 1.25 Trillion. Tetapi karena peristiwa krisis tidak dapat dielakkan lagi maka pada 5 bulan selanjutnya setelah keterangan tadi, Barrack Obama menaikkan tambahan akan utang Negara sebesar $ 804 Billion, akan tetapi hal ini mampu dikurangi dengan adanya pembelian suarat utang Negara sebesar $ 65 Billion. Artinya ketika stimulus fiscal digalakkan maka kebijakan untuk berutang tidak dielakkan lagi.
(3) Satu hal yang tidak pernah diperhatikan setelah adanya kucuran dana stimulus oleh pemerintah Amerika adalah Inflasi. Kenaikkan liquiditas dengan menambah jumlah uang beredar sesungguhnya memberikan pilihan untuk menentukan resep dalam pemulihan ekonomi, akan tetapi yang terjadi adalah naiknya tingkat harga sampai menuju ke tingkatan Hyperinflation (Inflasi Tingkat Tinggi) yakni sebesar 753% , hanya disebabkan kenaikan jumlah unag beredar dari $96.2 billion ke $820 billion. Ini terjadi hanya 8 bulan , karena dilakukan pada quarter tahun 2008, dan berakibat pada quarter tahun 2009. Dan ini sungguh menyiksa suatu perekonomian, dana stimulus yang semestinya memberikan kabar gembira dengan menyuguhkan kebahagiaaan bagi masyarakat, yang terjadi dalam situasi ini malah sebaliknya.
Penutup
Maka dilihat dari perjalannya, apa yang dilakukan oleh Barrack Obama dengan kebijakan stimulus fiscal sesungguhnya hanya memberikan bumbu penyedap sementara bagi suatu perekonomian. Tetap saja kebijakan ini pada akhirnya akan menyengsarakan masyarakat yang tengah sengsara. Apakah benar masyarakat mendapatkan kesejahteraan ketika tingkat pajak naik, penghasilan berkurang, harga bahan pokok naik, tingkat suku bungan naik, kemampuan membeli rendah, jelas jawabannya tidak!!! maka apa yang bisa dilakukan. Sesungguhnya apa yang dinamakan stimulus fiscal tidak akan mampu memulihkan suatu perekonomian jikalau tidak dibarengi dengan control yang tepat, efisien, dan efektif. Selanjutnya yang mengambil kebijakan hanyalah pemerintah (bagian terkecil dari masyarakat) akan tetapi yang merasakan dampak secara mendalam adalah sebagian masyarakat lain yang jumlahnya jauh lebih banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar